Suatu Hari, Di Waktu Yang Tepat
Suatu hari, di waktu yang tepat, aku yakin Tuhan akan menyiapkan pertemuan kembali untuk kita. Namun tidak untuk membicarakan perasaan baru—sebaliknya, Tuhan menitipkan sepotong cerita untuk kita bernostalgia.
Kamu dengan seutuh bahagiamu dan aku, dengan segenap harapan di antara perjalanan menemukan—setelah sekian lama berhenti di kamu.
Di hari itu, aku akan merindukan hujan deras begitu lamat—pun dengan matamu yang pernah menjadi kota yang selalu basah. Di hari itu, aku akan merindukan segala cerita yang pernah kutuliskan di matamu. Meskipun kamu tak mengetahuinya.
Terkadang, mengingat menjadi cara terbaik untuk merawat kesendirian. Menjadi cara untuk belajar bahwa hati yang patah tidak melulu menjadikan seseorang hancur berkeping; bahwa rindu tak berbalas tak menghadirkan kecamuk badai di dalam dada untuk ribuan detik lamanya.
Di pertemuan kita itu, aku ingin membicarakan perasaan-perasaan lama. Sesuatu yang kamu tidak pernah tahu sebelumnya. Aku tidak berharap kamu akan berpikir berbeda seusainya, tidak perlu dingin malamku menghangat. Aku hanya ingin kamu tahu, jika di waktu lampau pernah ada seseorang yang begitu mencintaimu.
Ada seseorang yang pernah begitu takut kehilangan pelukanmu.
Di hari pertemuan itu, aku hanya ingin menghargai perasaan yang terlewatkan—tumbuh menjadi lelaki yang lebih berani untuk menyampaikan rasa.
Dan kamu, ialah penyesalan yang paling kusesali.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.
Related Articles
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment