Dengan Mencintaimu, Aku Belajar Segalanya
Dengan mencintaimu, aku belajar banyak hal. Perihal mengikhlaskan sebuah perpisahan atas pilihan yang kamu tetapkan. Perihal menjaga kesabaran untuk mengatakan perasaan yang sesungguhnya ketika segalanya telah mantap; pilihan ataupun keyakinan.
Aku pernah mencintaimu begitu lama di antara keterdiaman. Pernah mencintaimu di antara sunyi senyap kesendirianku. Aku sadar betul jika mencintai butuh keluasan hati yang baik dan aku belum cukup untuk mampu mengatakannya melalui bibir ini.
Aku hanya mampu merangkaimu di antara pepuisi yang kutuliskan setiap harinya. Kamu hidup sebagai harapan yang lantas terbakar menjadi abu kenangan di kemudian hari. Aku pernah menyimpan amarah besar kepada Tuhan atas kematian harapan itu. Aku pernah menyimpan kebencianku sendiri yang tidak pernah merasa siap dan pantas untuk membersamaimu.
Keraguan yang lahir di dalam dadaku mendadak menjadi batas di antara langkah lebih maju menujumu dan langkah mundur menjauhimu. Di sanalah, Tuhan menguji batas keyakinan. Cinta yang telah kutanam untuk bertahun lamanya kalah oleh seseorang yang lebih berani untuk menyampaikan kesiapannya memilikimu.
Di waktu itulah, kehancuran dari segala rasa yang kubangun untukmu. Perpisahan yang sampai di daun jendela kamarku mendadak menjadi berita duka yang paling kusesali. Butuh bulan demi bulan untuk meyakini diri sendiri bahwa segalanya telah usai.
Kamu telah pergi. Dan aku tidak bisa memintamu kembali kepada Tuhan.
Itulah alasan, dengan mencintaimu, aku belajar untuk bersabar menyiapkan diri bertahun lamanya sampai seseorang yang lain melewatiku di jejalanan yang sama. Mungkin memang benar, jika tidak seharusnya aku berharap yang tinggi karena kekecewaan belum tentu mampu ditampung oleh hati ini.
Tetapi, kekecewaan itu justru menjadi titik balik dari perasaanku. Di sana, aku sadar betul bahwa mencintai tidak melulu berakhir dengan memiliki. Sebaliknya, ketika aku kehilanganmu, di sanalah makna cinta yang sesungguhnya; ketulusan dan keikhlasan.
Melihatmu kini berbahagia bersama keluargamu, turut menerbitkan bahagia di mataku. Senang akhirnya kamu benar-benar mampu tersenyum lebar karena begitu merasapi bahagiamu, meskipun itu bukan bersamaku.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.
Related Articles
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment