Penantianku
sudah berakhir. Aku telah kalah oleh segalanya. Memaki takdir dan merutuki
semesta. Sesaat setelah berita kepergianmu sampai di daun jendela kamarku,
kupikir sudah tidak ada lagi kemungkinan yang bisa Takdir sisakan untukku. Kamu
sudah memilih seseorang untuk mendampingi hidupmu selamanya.
Dan
itu bukan aku.
Sesungguhnya
aku tidak pernah percaya sampai akhirnya dari sebuah laman di dunia maya, aku
menatap senyummu yang kamu labuhkan pada lelaki lain itu—seharusnya aku yang
berdiri di sana menyematkan cincin di jemari manismu. Seperti wajahmu di hari
itu, yang penuh cahaya. Sementara kelabu mulai menyelimuti tubuhku.
Aku
berusaha untuk tidak menjatuhkan hujan di semestaku yang mulai gugur satu-satu.
Semesta yang kuciptakan untukmu. Semesta yang kuwakili dalam bentuk kata-kata.
Aku tidak bisa bicara. Bibirku dikunci oleh penyesalan paling dalam. Sedalam
samudra yang kamu pernah hidup di dalamnya—yang kini mengering di mataku.
Entahlah,
aku tidak pernah mengerti dengan permainan takdir. Suatu waktu ia berkata aku
harus berhenti menunggu, tetapi kenapa dada ini terus saja menyesak ketika
melihat kebahagiaanmu di hari itu? Berita kepergianmu dengan lelaki lain datang
ketika aku baru saja menyelesaikan segala rencana masa depan yang telah
disiapkan untukmu.
Dan
kini, kertas ini hanyalah menjadi seonggok perasaan yang kosong dan
terbakar—oleh waktu. Perpustakaan kepalaku terbakar hebat. Karena buku yang ada
di dalamnya semuanya berbicara tentangmu. Puisi-puisi yang sirat dan hanya
menyematkan harapan untukmu.
Sesaat,
aku ingin sendiri lagi. Sesaat, kesepian mulai membunuhku. Sesaat, aku tidak
ingin kehilangan kamu. Andai saja aku bisa memiliki satu waktu untuk mengatakan
segalanya, akan kukatakan bahwa kamu harus tahu bahwa aku pernah mencintaimu
untuk waktu yang sangat lama.
Dan
aku, masih akan mencintaimu untuk waktu yang sangat lama. Meskipun kamu tidak
harus membalasnya.
Semoga,
kamu dan lelakimu berbahagia. Sungguh, aku berbahagia untukmu. Setidaknya itu
hal terakhir yang benar-benar bisa kulakukan untukmu. Terima kasih, sudah
menjadi seseorang yang kucintai begitu lama.
Jakarta,
4
Juli 2018
0 comments:
Post a Comment