Ternyata
berpura-pura tidak pernah memberikan bahagia apa pun. Sudah hampir seratus dua
puluh hari berlalu di almanak, sejak aku memutuskan berhenti untuk selalu hadir
di hidupmu. Selama itu pula detik terus bergulir menjauh, melupakanku yang
tertatih di belakang. Menggapai semua yang telah kutinggalkan selama menantimu.
Aku
dengan yakin berkata bahwa meneruskan perjalanan adalah sebuah jawaban. Kamu
memilih bisu bila itu bicara tentangku. Kamu memilih buta bila itu bicara
menyadari keberadaanku. Satu buku telah lahir dari perpustakaanku yang paling
dalam; yang telah kupilah baik-baik agar setiap rasa yang kuselusupkan di
dalamnya akan mengalir dengan tepat melalui jemarimu ketika perlahan mulai
menggeser halaman demi halaman. Sampai kamu sadar, bila segala yang ada di
dalamnya itu tentang kamu.
Tetapi,
semua itu hanya ingin yang kini menguap menjadi angan. Aku yang berpura-pura
selama ini. Padahal, aku tidak benar-benar meneruskan perjalanan. Hanya bibir
yang percaya, sementara hatiku serupa kehilangan cahaya. Tanpamu di dalamnya
hanya seperti cangkang kosong dan rindu menggema tanpa tujuan.
Aku
lelah membohongi diri sendiri tanpa menemukan bahagia apa pun di dalamnya.
0 comments:
Post a Comment