Aku
kehabisan kata-kata. Takdir berkonspirasi dengan Waktu untuk mencipta pertemuan
kembali hadir di antara kita. Kenangan tentangmu di masa silam seketika
menyeruak cepat, menghentak dadaku; senyuman terakhirmu yang berdiam di
pikiranku, mendadak menyala terang di mataku. Semestaku luruh dalam sekejap.
Aku
sedang tidak bermimpi, kan?
Kita
menyulam segala yang pernah terlepas oleh detik dan tanggal. Saat dari kejauhan
langkah kakimu tertangkap oleh kedua mataku saat suaramu mulai menyelusup ke
dalam ruang-ruang pikiranku, aku sadar betul bahwa aku telah kehilangan
kata-kata.
Rindu
itu begitu tajam. Menikam harapan menjadi serpihan, meninggalkan luka mendalam
di relung perasaan, dan kemudian Ia menyatukannya lagi menjadi utuh. Ini benar
kamu, kan?
Rasanya
masih saja takpercaya. Dalam perjalanan menemukan ini aku selalu percaya bahwa
Waktu pasti akan menciptakan pertemuan kedua dengan sesiapa pun yang
dikehendakinya untukku. Dan ternayata dari semua perempuan yang pernah kutemui,
Ia memilih kamu.
Sungguh,
pertemuan kedua yang senyap serasa membunuh begitu aku menyia-nyiakan
kesempatan yang ada dan membiarkanmu bicara sendiri. Bibirku kelu. Dadaku
begitu menyesak. Kamu hadir kembali di hadapanku dan apa yang terjadi di antara
kita serupa lalu angin yang hanya berdesau menyampaikan kabar belaka.
Detik
bergerak semakin menjauh. Namamu semakin keras diteriakkan di hatiku. Dan aku
... berdiam diri, menatapmu kembali pergi. Sementara kepulangan terus
memanggilku untuk menjauhimu. Aku tidak tahu apakah pertemuan kita akan
ditakdirkan lagi atau tidak, tapi rasanya malam ini sungguh dingin dan menusuk
tubuh.
Aku
kehabisan kata-kata. Oleh rasa yang diam-diam menghangat di wajahku.
Yogyakarta,
1 Agustus 2017
0 comments:
Post a Comment