Poin utama dari diskusi panjang tadi; (pakai bahasa keseharian dulu ya).
Yuk, kita mulai nulis! Jangan ragu, takut, ataupun hal-hal lain yang bikin segan untuk mulai nulis mulai deh dibuang jauh-jauh.
Suka manual? Siapin kertas dan pena. Suka teknologi? Siapkan PC/laptop/ponsel/tablet.
Lalu, How to Start Writing?
(semua ini berdasar pengalaman saja ya)
1. Niatin dulu.
Seringkali nulis kalo ga niat, jadinya kacau dan ga jelas. Ada pula kalo niatnya buat pamer atau cari suara untuk pemilu bisa jadi juga, tapi kayaknya terlalu “spesifik”
Mau mulai nulis, niatin aja yang sederhana. Kalau menulis itu karena ingin. Niatnya adalah nulis aja untuk diri kalian sendiri. Inshaa Allah lancar. Setelah itu baru niat untuk nulis biar bermanfaat bagi orang banyak. Intinya niatkan untuk mulai nulis, lalu nyaman nantinya, dan alhamdulillah kalau bisa banyak orang yang suka baca, Hehe
2. Temukan wadah nulis yang nyaman
Kembali kayak tadi, nyamannya nulis di mana? Karena pada dasarnya nulis bisa di mana aja.
Tebar kenangan aja bisa di mana aja, masa nulis enggak? #loh #janganbaper
Beberapa platform menulis online yang layak dicoba seperti Storialco, Wattpad, Inspirasi.co, atau kalau mau nekat terjemahin ke Bahasa Inggris buat dipost di Figment.
3. Siapin “Gear” atau penunjang nulis!
Ada dua tipe penulis: konseptor dan ngalir.
Konseptor itu mereka yang sebelum nulis, udah nyiapin catatan kecil tentang ide-ide apa aja yang mau ditulis, plot, dsb. Ga menyeluruh, tapi “buram” cerita sudah disiapkan terlebih dahulu.
Mengalir itu mereka yang nulis ngandelin feeling (biasanya), atau hal-hal lain dan yang pasti mereka biasanya juga ga nyiapin apa-apa dulu. Misalkan dia cuman tahu kalimat pertama. Lalu sampai selesai, ceritanya ngalir gitu aja sesuai pikiran ke mana berlabuh.
Tiap-tiap tipe biasanya mereka suka ada penunjang. Apakah diiringin musik (vocal/instrumental) selama nulis, apa harus sepi/rame juga oke, apa harus nunggu hujan, dll. Atau ekstrim sambil joget goyang dumang.
Cuman kalian yang tahu, karena sebenarnya itu ngikutin kebiasaan kalian sehari-hari. Jadi ga akan merepotkan, hehe
4. Tulis dulu, baru edit!
Ini nih yang kadang suka bikin mentok dan berujung ga dilanjutin. Seringakali kalo lagi nulis, terus liat ada yang typo banyak, atau ga sreg, langsung pada edit padahal belum selesai nulisnya.
Yuk, kita ubah caranya. Mudah, efektif, dan dipakai para penulis-penulis kece. Malah memang seperti ini sih harusnya.
Jadi tuliskan saja dulu semua ide cerita yang ada di kepala. Jangan pikirin edit. Tuangin semua hingga akhirnya selesailah cerita.
Setelahnya, barulah silakan diedit. Ada banyak tips dari para penulis. Seperti Raditya Dika, dia menyarankan berilah waktu seminggu untuk kemudian mengedit tulisan itu.
Okey, karena ini sastra, memang butuh jeda waktu. Tapi kembali ke penulisnya butuh berapa lama. Tukang PHP kalo nulis jangan dibawa kebiasaannya ya! Kasian tulisannya.
Kalau saya sendiri, biasanya selepas nulis langsung edit tapi khusus EBI dan TANDA BACA. Kemudian dianggurin 1-2 hari untuk kemudian diedit. Terus 3 hari kemudian edit lagi, sampai dapat draft akhir yang dianggap sudah oke.
Percayalah tahap revisi ini ga ada habisnya. Anggap saja saat ini tulisan kalian sudah final. Nanti 3 bulan kemudian bisa aja pas dibaca lagi, eh pengen ada yang direvisi. Lalu 3 bulan kemudiannya lagi sama kejadiannya dan terus aja.
Poinnya, untuk mengedit, butuh waktu.
5. Kenali genre tulisan
Ternyata ga hanya calon pendamping aja yang harus dikenal, tapi tulisan juga loh. Hehe
ketika baru menulis, biasanya orang-orang cenderung memulai di genre yang familiar dengan bacaan yang kerap dibaca.
Tak ada larangan untuk eksplorasi, tapi biasanya dari yang familiar dulu.
6. Setelah bisa menulis, pelan-pelan pelajari gaya menulismu.
Kita ga bahas gaya punggung atau gaya kupu-kupu, atau gaya gravitasi, tapi yang ini gaya menulis.
Definisi sederhananya, setiap penulis punya cara bercerita masing-masing. Apakah bikin baper anak orang, atau lugas tapi ngena, apa nyinyir, apa absurd, dan lain-lain.
Dan tiap gaya itu juga tercermin dari sifat-sifat dan hal berbau psikologi penulisnya sendiri juga loh!
Misalnya si penulis Sang Kehilangan. Banyak pembaca yang bilang tulisannya puitis. Gaya menulisnya yang mendayu-dayu, puitis, dan suka baperin anak orang jadi opini dari mereka. Usut punya usut doi ternyata pas dites psikologi: melankolis! Pantesan.
Tapi percaya itu sama Allah, jangan sama tes psikologi. Ga melulu melankolis doang yang bisa nulis baper.
Saya yakin kalian akan segera menemukan gaya menulis itu pelan-pelan. Dalam perjalanan waktu.
Karena pada akhirnya, semua akan indah pada waktunya.
Semoga hasil diskusi tadi bermanfaat. Happy writing!
0 comments:
Post a Comment