Suatu
waktu nanti, kau akan menyadari bahwa dari sepotong hatimu itu, akan ada
seseorang yang diam-diam sedang berusaha keras untuk menyempurnakannya. Bisa
jadi kau akan mengetahuinya saat tahun demi tahun bergulir atau bahkan jutaan
detik yang tak terkira.
Orang
itu sedang berjuang memantaskan dirinya agar ia menjadi obat dari segala luka
yang kelak kaurasakan. Menjadi bahu tempatmu bersandar dan menumpahkan air
mata. Dan pada akhirnya kau akan menyadari jika orang itu ialah aku. Maka,
sampai waktu itu tiba, izinkan aku mencintaimu
dalam bentang jarak yang menjadikanku ketiadaan di kedua matamu.
Bila
saja, ternyata perhitunganku salah, kuharap kau menemukan jejak-jejak basah
yang kutinggalkan di jejalanan tempatmu melintas dari hari ke hari. Jejalanan
tempatmu menari bersama hujan. Sekalipun bisa saja tersapu, aku tahu kau akan
menemukannya.
Bila
saja, kau menyadari segara rasa yang kualirkan di dalam dadamu diam-diam,
kuharap kaudayung sampan yang kusiapkan di tepian hatimu. Ketika kau sampai di
muara nanti, jangan segan untuk meningkahi dermaga dan berjalan ke arah
rerumputan hijau yang hampar di hadapanmu.
Telah
kusiapkan sebuah ayunan di sana untukmu mengayun melawan angin; melawan segala
rasa penasaran perihal semesta yang kucipta. Biarkan semua ini mengalir. Ada
spasi dan jeda yang mesti kita selesaikan.
Jika
suatu hari nanti semua hal itu terjadi, aku hanya menginginkan senyum dari
tipis bibir merahmu dan tatapan teduhmu itu sampai ke peraduanku. Pada saat
itulah aku tahu, kapan harus menyelesaikan jarak yang terbentang dan mulai
mengatakan isi perasaan satu sama lain.
Maka,
sampai waktu itu tiba, izinkan aku mencintaimu dalam diam.
0 comments:
Post a Comment