Tidak
ada yang salah dengan menjadi penyendiri. Tidak ada yang salah menjadi orang
yang selalu mengambil kursi paling belakang dan menunduk; mendengarkan dalam
diam. Lucunya, orang-orang menganggap itu salah. Orang-orang menganggap dengan
menyendiri; akulah yang mengisolasi diri.
Padahal
sebenarnya, dunialah yang mengisolasiku. Menyudutkanku di pojokan sempit dan
kumuh, tanpa bising dan diam. Aku terjebak di dimensi di mana keberadaan
taklagi menjadi sebuah hal penting. Keberadaan hanyalah sebuah lelucon garing
karena tidak ada peduli lahir di dimensi itu. Semua tentang ego.
Bagiku,
menjadi penyendiri adalah cara menyikapi kehidupan ini. Menyikapi tatapan orang
lain yang menganggapku sebagai sesuatu yang aneh. Seakan satu-satunya hal yang
pantas hanyalah mengetahui bahwa dunia ini nyata dan itu bukan untukku.
Spasi
dan jeda adalah hal terpenting. Aku menyebutnya dalam satu kata, “Jarak”. Spasi
untuk memisahkanku dengan keramaian. Jeda untuk memisahkanku dari detik demi
detik yang mulai menjauh dan melupakanku.
Aku
butuh jarak untuk memahami bahwa apakah roda kehidupan ini bergerak melawanku
atau justru berdamai. Aku butuh spasi dan jeda untuk memastikan bahwa semua itu
tidak berbalik membunuhku.
Tidak
ada yang salah dengan menjadi penyendiri. Yang salah adalah orang-orang
seenaknya membuat kesimpulan sendiri dan berpikir merekalah yang sempurna.
0 comments:
Post a Comment