Kembali.
Langkah itu yang menjadi pilihan kala harapan sudah lama mengepakkan sayapnya,
menerabas dinding-dinding dingin awan yang menanti jatuh sebagai hujan,
menembus ruang tanpa udara; harapan itu hidup sebagai ketiadaan sebagaimana
udara di luar angkasa.
Setiap
orang pernah terjatuh begitu dalam hingga ia takmampu melihat apa pun selain
akhir. Ketika cahaya yang hidup di bola mata semakin malam, semakin pekat dan
rembulan enggan kembali singgah di sana. Dan ketika masa itu datang, ia sadar
bahwa kehidupan takubahnya sebagai permainan waktu: membakar kenangan jadi abu,
menyapu setiap rasa bahagia dengan ragu, dan menderaskan hujan.
Kali
ini, November menjadi sebuah titik. Seperti perjalanan, semuanya memiliki
titik; muara. Dan kala langkah kakiku menyentuh ambang November, aku tahu bahwa
aku harus benar-benar berhenti. Setelah dua bulan memutuskan untuk tidak
menulisi tentang kamu lagi, aku
semakin sadar bahwa semua itu percuma.
Kini,
melakukan perjalanan lagi ataupun tidak, sama saja. Tuhan tidak memberiku
pilihan. Hujan tidak memberiku kebahagiaan lagi. Dua bulan aku percaya itu,
Puan. Aku tidak berbicara pada sesiapa pun. Aku hanya bicara pada diri sendiri.
Dan kini, setelah November juga memanggil namaku, aku paham bahwa apa yang
dilalui belakangan ini begitu salah.
Aku
harus kembali.
Titik
itu hanya menjadi perhentian sementara, seperti bus yang berhenti di halte
untuk mengangkut penumpang. Mungkin aku hanya lelah menjalani semua ini.
Mungkin aku hanyalah sepotong kehilangan yang takbisa mencintai lagi. Mungkin
aku terlalu takut untuk mengambil langkah.
Atau,
mungkin aku terlalu bodoh untuk percaya bahwa aku pantas untuk mencintai
seseorang?
Segala
ingin telah menjadi angan. Segala rasa telah menjadi kepergian. Segala
kebahagiaan telah menjadi sesuatu yang tak terdefinisi lagi. Dan semua itu
menjelma lelah yang mendera dadaku. Seperti diburu oleh waktu. Di November ini,
semua telah berbeda. Meskipun semua itu taklagi kembali seperti aku ingin
kembali, rasanya aku bisa memulai sesuatu yang baru. Sesuatu yang mungkin itu
bukan tentangmu.
0 comments:
Post a Comment