Photo by Andrik Langfield on Unsplash |
Bila
memang benar cinta itu datangnya tetiba, bolehah aku mencintaimu, puan?
Setelah
pertemuan pertama yang tak meninggalkan apa-apa, aku sadar jika rasa itu
lahirnya begitu tetiba. Bahwa setelah di pertemuan-pertemuan berikutnya, desir
itu ada—menjadi tanda tanya besar di dalam dada,
"Apakah
kamu ingin dicintai kembali oleh seseorang sepertiku?"
Karena
aku tahu, aku bukan lelaki yang bisa memberikan apa pun—sebaliknya, hanya
kesederhanaan dan kebahagiaan yang bisa kutawarkan untukmu. Bahwa bahagia bukan
dilihat dari tetiap barang yang mampu kuberikan, tetapi ke mana aku membawa
hatimu berlabuh.
Mungkin,
menikmati debur ombak di sesorean hari, atau menikmati dingin perbukitan
sembari menghitung jumlah bintang yang pendar di langit. Persetan dengan klise.
Aku ingin membuktikan jika cinta tidak butuh kemewahan untuk tumbuh menjadi
sepasang rasa yang mekar.
Bila
benar kamu mengizinkanku mengisi kosong ruang hatimu itu, percayalah, aku akan
menetap sebaik-baiknya; selama-lamanya.
0 comments:
Post a Comment