Kesepian
ini semakin menguasai. Enggan pergi meski aku takingin ia hadir di dalam
hidupku. Ia tahu betul bahwa ruang di dalam dada ini telah lama berdebu serupa
perpustakaan tua yang kehilangan pengunjungnya. Perlahan ia mulai menyembuhkan
luka yang lama dengan caranya sendiri—melalui duka.
Aku
memang telah berkata untuk memulai perjalanan kembali. Mungkin tidak lagi di
jejalanan yang basah di kota hujan. Mungkin tidak lagi denganmu yang rindunya
begitu tertaut di kota itu. Berhenti adalah pilihan yang telah kuambil. Meski
hujan berbisik padaku bahwa kamu telah keluar dari jalan yang kamu lalui
sebelumnya.
Katanya,
kamu mulai mencoba untuk mencari tahu di jalan mana aku pernah menjejak. Sejauh
apa aku pernah menuliskan kenangan hingga hanya menjadi buku-buku taktersentuh
di perpustakaan kepalaku.
Aku
tidak percaya itu. Hujan kini hanya datang sesekali. Bisa saja ia berbohong
hanya untuk membuatku tersenyum lagi. Entahlah, aku merasa kekosongan ini
semakin menyesakkan. Kupikir aku akan bahagia dengan kembali berjalan untuk
menemukan kamu yang sebenarnya.
Tetapi
sayangnya, aku begitu salah. Aku begitu bodoh. Kesepian kian menguasai.
Jakarta, 24 Februari 2018 | 9.46 AM
0 comments:
Post a Comment