Judul:
Seperti Hujan yang Jatuh ke Bumi
Penulis:
Boy Candra
Penerbit:
Mediakita
No.
ISBN: 978-979-794-528-2
Tahun
terbit: 2016
“Cinta
datang memang karena terbiasa. Dan akan kuat dengan dinyatakan.”
(hal.191)
Kutipan
di atas adalah salah satu yang maknanya pas dengan saya. Membaca karya Boy
Candra, yang terlintas di dalam pikiran saya adalah prosa-prosanya yang
melankolis. Kemudian ketika membaca blurb buku, kesan itu langsung melekat di
benak.
Aku pernah belajar merelakanmu berkali-kali.
Melepasmu pergi dengan cinta yang lain.
Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku
Sebab, kamu berhak bahagia; meski sesungguhnya
aku tidak bahagia dengan keputusan itu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjala
seperti sediakala.
Kamu dengan seseorang yang memilihmu. Aku dengan hati
baru yang mencoba tumbuh
di hidupku. Kuberikan hatiku pada seseorang yang
lain.
Kubiarkan dia menggantikanmu. Namun aku keliru.
Melupakanmu’ternyata tidak
pernah semudah itu.
Jujur,
blurb buku ini membuat ekspektasi saya mantap terhadap isi buku. Oleh karena
itulah saya mantap membeli buku ini. Setelah selesai saya baca, ekspektasi tadi
terbayarkan. Boy Candra dengan gaya menulisnya yang melankolis, lugas, dan
romantis bisa membangun cerita di dalamnya dengan baik, tanpa harus mengubah
gaya menulisnya.
Novel
ini berkisah tentang dua orang manusia yang bersahabat, satunya lelaki dan
satunya perempuan, di mana mereka terjebak di dalam sebuah fakta aneh: tidak
boleh ada perasaan lebih dalam ketika bersahabat. Fakta ini terbilang aneh
sebenarnya dan disepakati banyak orang. Boy Candra memilih konflik ini.
Pengemasannya terbilang sangat baik, Boy mampu membangun suasana dan imaji
romantis.
Namun
yang disayangkan adalah saya menemukan sebuah “momen” mainstream di mana tokoh perempuan bertemu dengan seorang lelaki
lainnya yang kelak menjadi kekasih di dalam novel, dan pertemuan pertama mereka
adalah saling berpapasan, takmelihat, lalu bertubrukan, dan si lelaki menangkap
perempuan yang hampir terjatuh, kedua mata mereka saling berpadu. Tidak ada
masalah dengan penyisipan hal mainstream,
namun di antara banyak momen, Boy Candra memilih ini.
Tapi
di luar itu, cerita ini memiliki alur maju yang baik, tidak membuat pembaca
mengernyitkan dahi, dan kemudian gaya bahasanya yang ringan, tidak mendayu
secara penuh membuat cerita ini sangat cocok dibaca dalam suasana apa pun.
Mengalir dengan halus. Pemilihan judul pun menurut saya tepat, di mana Boy
ingin mem-baperkan pembaca melalui novel ini, dan judul Seperti Hujan yang
Jatuh ke Bumi adalah sebuah keputusan pintar.
Tapi
menurut saya, ekspektasi untuk novel ini memang berkurang ketika membacanya
dibanding sebelum membaca. Karena dari buku-buku sebelumnya gaya menulis Boy
Candra yang sudah kuat namun di buku ini eksekusinya tidak sesuai harapan.
Namun disayangkan lagi, saya menemukan sedikit kesalahan editorial yang
seharusnya memang takluput. Ada beberapa “patahan” kalimat yang menurut saya
janggal. Ada di beberapa bagian, kalimat yang ditulis berturut-turut jika
digabungkan justru menyatu sebagai satu frasa kalimat, namun ketika dipotong
kalimat tersebut, yang terjadi adalah patahnya janggal.
Ending
cerita sudah jelas. Apakah bahagia atau sedih. Jika bahagia biasanya akan
berakhir menikah atau jadian. Sementara jika sedih, biasanya berakhir dengan
tokoh utama putus, meninggal, atau pergi dengan ketidakjelasan status hubungan.
Boy memilih ending yang bahagia. Bagaimanapun juga konflik cinta di dalam
persahabatan selalu seperti itu. Walaupun ending cerita romance itu poin
utamanya jelas. Pekerjaan buat penulis adalah pengemasannya.
Dibandingkan
dengan buku lainnya, di mana genre romance
kebanyakan menggunakan bahasa pop atau modern, dan di novel ini gaya bahasa
yang saya temukan tidak sepenuhnya pop dan kekinian. Mengingat sekarang banyak
sekali penggunaan bahasa kekinian yang tidak ada di KBBI dengan tujuan agar
cerita lebih terasa “zaman sekarang” dan bagus. Kisah percintaan zaman sekarang
yang memang sering ditemui cinta dalam persahabatan, gaya hidup yang dikisahkan
memang terjadi di zaman sekarang, sehingga logika cerita pun dibangun masuk
akal.
Untuk
keseluruhan, saya beri bintang tiga setengah untuk novel ini.
0 comments:
Post a Comment